Sub

Friday, May 27, 2016

TERAPI ABNORMAL OLEH SIGMUND FREUD

Terapi psikoanalisis
Sigmund Freud merupakan perumusan teori pertama yang mengembangkan model psikologis model psikodinamika dari perilaku abnormal. Beliau juga yang pertama kali mengembangkan model psikoterapi, yang disebut psikosnalisis untuk membantu orang-orang yang menderita akibat gangguan psikologis. Terapi psikodinamika membantu individu untuk memperoleh insight  mengenai, dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. Dengan mengatasi konflik-konflik ini, ego dibebaskan dari kebutuhan untuk mempertahankan perilaku defensif seperti fobia, perilaku-kompulsif, keluhan histeria, dan sejenisnya, yang menghambat pengenalan tentang gangguan dari dalam.
Freud merangkum tujuan dari psikoanalisis
dengan mengatakan, “dimana ada id, seharusnya disitu ego berada”. Ini berarti sebagian, bahwa psikoanalisis dapat membantu memberikan kesadaran, direpresentasikan oleh ego yang ada, pada kerja dari id. Akan tetapi freud tidak mengharapkan, atau mengarahkan, bahwa klien harus menyadari
seluruh materi yang direpresi seluruh impuls, harapan, ketakutan, dan ingatan. Tujuannya lebih pada menggantikan perilaku defensif dengan perilaku yang lebih adaptif. Dengan demikian klien dapat menemukan kepuasan tanpa memperoleh hukuman sosial atau menghukum diri sendiri.

Melalui proses ini seorang pria yang fobia terhadap pisau dapat menjadi sadar  bahwa dia telah menekan implus-implus untuk menyalurkan kemarahan atas pembunuhan terhadap ayahnya. Fobia menghindarkannya untuk memiliki kontak dengan pisau, sehingga memberikan fungsi tersembunyi yaitu menekan impuls untuk membunuh.

Psikoanalisis sebagai teknik terapi 
Tujuan utamanya untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang perilaku manusia, dan bukan untuk mendapatkan cara yang paling tepat dalam penanganan gangguan jiwa. Terapi ini dilaksanakan dalam suasana santai, suasana seperti itu diciptakan Freud melalui penataan ruang, warna dinding, pencahayaan, dan seterusnya  yang dibuat sedemikian rupa sehingga pasien betul-betul merasa nyaman dan betah berada di ruang tersebut.  Dengan suasana santai Freud berharap konflik-konflik yang telah ada di alam tidak sadar akan mudah muncul ke alam sadar. Klien diberi kebebasan, dalam terapi Freud, klien dibebaskan untuk bicara apa saja, termasuk menangis, menjerit, mengumpat, dan seterusnya.   Jika klien mengalami bloking atau kebuntuan Freud berusaha membantu sehingga terjadilah asosiasi antara apa yang ada dalam alam tak sadar dengan apa yang diberikan oleh terapis.

Metode utama yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan ini adalah asosiasi bebas, analisis mimpi, dan analisis hubungan transference.
A. Asosiasi bebas
Dalam asosiasi bebas, pasien mengatakan segala sesuatu yang ada dalam pikirannya tanpa sensor, terlepas apakah pikirannya itu tidak penting, tidak dapat diterima atau memalukan. Biasanya dilakukan selama 45 atau 50 menit kedepan, pasien membiarkan pikirannya mengembara, mengatakan apapun yang muncul, atau tidak mengatakan apa-apa. proses ini biasanya sampai tiga atau empat sesi setiap minggunya, untuk beberapa tahun.

B. Analisis mimpi
Menurut Freud, mimpi seringkali berhubungan dengan masalah-masalah seksual yang berasal dari masa kanak-kanak. Masalah tersebut menurut Freud hanya bisa diselesaikan analisis mimpi dan asosiasi bebas. Freud memandang semua mimpi sebagai ekspresi dari pemenuhan harapan. Setiap mimpi memiliki isi manifest dan laten. Manifes merupakan aspek dari suatu mimpi yang secara sadar teringat, sedangkan laten adalah aspek dari mimpi yang tidak dimengerti secara sadar sebelum dilakukan analisis.

C. Transference
Menurut Sigmund Freud :
Transferensi merupakan kemampuan irasional seseorang yang melihat orang lain tidak sebagaimana sebenarnya tapi sebagai individu yang dikenal pada masa lalunya (konsep Ilusi). 
Menurut Menninger :
Transferensi merupakan peran irealistik / identitas yang diberikan terhadap terapis secara nirsadar oleh pasien pada saat regresi dalam proses psikoanalisis dan merupakan reaksi dari pengalaman masa lalu.
Transferensi adalah pengungkapan isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak masa kanak-kanak dengan memakai terapis sebagai medianya. 
Menurut Ogden : 
Transferensi terdiri atas 3 tahap
1. Pasien memproyeksikan self/representasi objeknya kepada terapis. 
2. Terapis secara nirsadar beridentifikasi terhadap yang diproyeksikan tersebut lalu berperasaan dan berperilaku seperti self yang diproyeksikan secara paksa oleh klien. 
3. Terjadi mekanisme introjeksi.

Jiwa seseorang dipengaruhi oleh : Genetik / organobiologik, pengalaman saat tumbuh kembang, sosial  kultural Psikopatologi menurut psikoanalisis ada beberapa jenis yaitu : 
Histeria
Histeria merupakan gangguan fisik, misalnya lumpuh, tuli, buta, dst. Yang penyebabnya bukan faktor jasmaniah tetapi faktor kejiwaan. Menurut Freud hysteria merupakan transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak realistis. Freud memandang gangguan ini sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa berupa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual maupun kecemasan akibat peristiwa traumatis.
Obsesif kompulsif
Obsesi adalah ide tertentu yang selalu melekast pada diri seseorang sedangkan kompulasi adalah dorongan (bersifat paksaan dari dalam) untuk melakukan tindakan tertentu, yang sebenarnya tidak perlu, secara berulang-ulang.
Depresi
Depresi merupakan gangguan jiwa dengan gejala-gejala perasaan tidak mampu, tidak berguna dan berharga. Menurut Freud, depresi berakar pada kehilangan cinta berkenaan dengan oedipus complex, sehingga dia marah pada diri sendiri.
Ketagihan obat 
Menurut Freud ketergantungan seseorang pada alkohol maupun obat-obatan dilatar belakangi oleh insting kematian (thanatos) yang ada pada orang yang bersangkutan.

Baca juga: Macam-Macam Gangguan Seksual Yang Wajib Diketahui Saat Ini (1)

No comments: