Dewasa ini publik ramai diberitakan oleh tindak kekerasan seksual. Lokasi kejadian tidak menjadi indikasi dari munculnya tindakan, baik di perkotaan maupun yang jauh dari pusat kota. Pelakunya bukan lagi mereka yang dikategorikan sebagai usia dewasa, melainkan usia remaja dengan status seorang pelajar. Keadaan memprihatinkan ini masuk dalam kategori darurat kejahatan seksual yang patut di waspadai. Perlu ada informasi supaya mengerti apakah seorang individu memiliki orientasi yang baik-baik saja atau mengarah pada gangguan seksual dimana dalam hal tersebut bisa jadi dia ada diantara kita, atau bahkan anda sendiri? Semoga tidak. Selamat membaca.
1. Gangguan Preferensi Seksual
Masokisme
dan Sadisme seksual
·
Masokisme
berasal dari penulis Austria pada abad ke-19 Leopold Baron Von Sather-Masok.
·
Seorang
masokis adalah orang yang mencari kesenangan dari rasa sakit.
· Masokisme
seksual: gangguan yang berciri mendapat kepuasan seksual yang didapat dari
pasangan yang menyakitkan yang digunakan pada badannya sendiri dan juga dengan badan partnernya. Mengikat dengan tali, melukai dengan jarum atau pisau atau memberi shok listrik, kalau tidak melakukan itu menjadi tertekan.
pasangan yang menyakitkan yang digunakan pada badannya sendiri dan juga dengan badan partnernya. Mengikat dengan tali, melukai dengan jarum atau pisau atau memberi shok listrik, kalau tidak melakukan itu menjadi tertekan.
· Yang
menyebut Masokisme dan Sadisme adalah Krafft-Ebing (1840-1903) seorang dokter
dari
Jerman.
Jerman.
· Sadisme
dari penulis abad ke-18 Prancis Marquis de Sade, yang menulis tentang mendapat
kepuasan seksual dengan melakukan kekejaman.
· Sadisme
seksual: kepuasan seksual didapat dari aktivitas atau dorongan menyakiti orang
lain, orang ini menjadi gembira melihat atau berimajinasi tentang kesakitan
orang lain, pada Masokisme tidak membutuhkan partner sedangkan pada Sadisme
membutuhkan partner.
· Preferensi
terhadap aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa
sakit atau penghinaan.
·
Sadisme
mengacu pada penyimpangan seksual di mana pelaku merasakan kenikmatan seksual
saat menyiksa pasangan seksnya. Sedangkan masokisme mengacu pada penyimpangan
seksual saat pelaku merasakan kenikmatan seksual saat disiksa pasangannya.
· Seringkali individu mendapatkan rangsangan
seksual dari aktivitas sadistik maupun masokistik.
·
Sikap
ini timbul dari perasaan malu atau tidak senang dengan hubungan yang normal.
· Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas
sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang penting untuk pemuasan seks.
· Mungkin
penderita melakukan peran sadis dan masokis bergantian, hal ini disebut
sadomasokis.
Exhibitionisme
· Kecenderungan
yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada orang asing (biasanya
lawan jenis kelamin) atau kepada orang banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau
niat untuk berhubungan lebih akrab.
· Ekshibisionisme
hampir sama sekali terbatas pada laki-laki yang memamerkan kepada wanita,
remaja atau dewasa, biasanya dalam jarak yang aman di tempat umum. Apabila
yang menyaksikan itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan penderita
menjadi meningkat.
· Pada
beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran seksual,
tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini dilanjutkan bersamaan dengan kehidupan seksual yang aktif dalam
suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama, walaupun demikian dorongan
menjadi lebih kuat pada saat menghadapi konflik dalam hubungan tersebut.
· Kebanyakan penderita ekshibisionisme mendapatkan
kesulitan untuk mengendalikan dorongan tersebut.
· Tahapan awal munculnya kelainan ini adalah
adanya perasaan cemas, gelisah, tegang yang berkepanjangan. Setelah penderita
memperlihatkan penisnya, penderita merasa lebih tenang dan lega. Menyembuhkan
para exhibitionis dapat dilakukan dengan mengajaknya berkonsultasi dengan seorang
psikiater.
· Exhibitionist
mempunyai fantasi bahwa yang melihatnya akan terbangkitkan gairah
seksualnya.
· Umumnya
tidak mengakibatkan sakit atau pemerkosaan, tetapi ada pengecualian
exhibitionist yang menyerang orang lain
jika respon yang didapat tidak sesuai
dengan yang diinginkan.
· Ada
exhibitionist yang tidak mengalami kepuasan seksual, tetapi merasa bangga
sebentar yang diikuti perasaan jijik, malu dan tidak enak.
· Penyebabnya:
pengalaman pada masa perkembangan anak-anak, pada masa anak ia mulai menunjukkan
alat kelaminnya dan merasa excited ketika melihat orang lain yang melihat
perilakunya itu terkejut. Bisa juga karena adanya perasaan tidak mampu atau
tidak aman hingga ingin mendapatkan perhatian.
· Penderita
ini memilih exhibitionisme daripada hubungan kelamin untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Fetisisme
· Penyebabnya
seperti pada exhibitionisme. Pengalaman pada kehidupan mula-mula, menghasilkan
hubungan antara gelora seksual dan objek fetis, karena itu objeknya seperti
popok, seperei, atau tempat tidur anak.
· Mengandalkan pada beberapa benda mati (non-living object) sebagai rangsangan
untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan kepuasan seksual.
· Penyimpangan ini adalah suatu keadaan dimana
timbul rangsangan seksual terhadap benda mati yang pada dasarnya bukan organ
seks dan tidak ada hubungan dengan seks.
· Fetishisme terbatas hampir hanya pada pria saja.
Biasanya mereka mendapatkan objeknya dengan mencuri atau merampas.
·
Setelah diperoleh, benda-benda tersebut sering
disembunyikan dan sekali-sekali dikeluarkan untuk dielus, diendus atau
dipandangi sambil masturbasi atau melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
Ada orang yang tingkat fetisismenya telah begitu dalam sampai dia sulit berada
jauh dari benda yang menggairahkan itu.
·
Objek fetis : pakaian dalam, stocking, sepatu, boots, sarung tangan, dll.
· Fetisisme
dapat dikategorikan ke dalam dua jenis: fetisisme bentuk dan fetisisme media.
Dalam fetisisme bentuk, yang penting adalah bentuk objek tersebut dan objeknya
sendiri, seperti sepatu hak tinggi. Sedangkan dalam fetisisme media, yang
penting adalah bahan objek itu sendiri, misalnya sutra atau kulit.
· Fetisisme Transverti
·
Hanya
terdapat pada laki-laki.
· Ada
dorongan yang tidak dapat dikontrol untuk memakai pakaian dalam wanita (cross-dressing)
sebagai cara untuk mendapat kepuasan seksual.
· Gangguan
ini harus dibedakan dari fetishisme di mana pakaian sebagai objek fetish bukan
hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk menciptakan penampilan seorang dari
lawan jenis kelaminnya. Biasanya lebih dari satu jenis barang yang
dipakai dan seringkali suatu perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut
palsu dan tata rias wajah.
· Cross-dressing ini sering dibarengi dengan masturbasi
atau fantasi bahwa dirinya menjadi objek ketertarikan laki-laki lain sebagai
seorang wanita
· Tingkah
laku transvertik ini bermacam-macam ada yang hanya memakai pakaian dalam
wanita, ada yang secara lengkap memakai pakaian wanita.
·
Kalau
sedang memakai pakaian wanita, ia merasa mempunyai anatomi perempuan atau
sifat-sifat biologis perempuan seperti menstruasi, melahirkan atau menyusui.
·
Permulaan
Fetis-Transvesti pada masa anak atau adolesensi. Biasanya karena ketidakpuasan
orang tua terhadap jenis kelamin anaknya.
E. Frotteurisme
·
Frottage : Masturbasi dengan cara menggesekkan dengan
orang lain.
· Seorang
frotteur : Dorongan dan fantasi seksual yang dalam dan berulang dengan
menggesekkan dengan orang lain dan orang ini haruslah orang asing baginya.
· Merupakan
kelainan seksual dimana pelakunya mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesekkan
bagian tubuhnya ke orang lain di tempat umum seperti kereta, pesawat, bis, atau
konser musik.
· Biasanya pelaku menggesek-gesekkan tangan atau
alat kelaminnya pada sembarang tubuh korban, termasuk pada area kelamin korban.
Mayoritas pelakunya adalah laki-laki dan kebanyakan korbannya adalah perempuan,
walau ada juga perempuan yang melakukannya kepada laki-laki atau laki-laki
kepada sesamanya. Orang dewasa yang melakukannya ke anak kecil juga ada.
·
Ketika
menggesekkan, pelaku berfantasi sedang melakukan hubungan intim.
·
Supaya
tidak tertangkap ia berbuat cepat dan siap lari.
·
Biasanya
dilakukan ditempat yang berdesak-desakkan.
·
Biasanya
didapat dari pengalaman lampau, dan mendapatkan penguatan.
F. Pedofilia
· Dorongan
seksual dengan orang dewasa (16 tahun ke atas) terhadap anak-anak yang secara
seksual belum masak, baik laki-laki maupun perempuan.
·
Di AS
10-15% anak yang menjadi korban.
·
Penderitanya
hampir 75% laki-laki, sehingga korbannya lebih banyak wanita.
· Bisa
saja terjadi pada laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual
dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan
seksual yang diharapkan, maka kebiasaannya beralih pada anak-anak sebagai
pengganti.
· Ada
yang melakukan hubungan seksual caranya: menelanjangi, meraba alat genital
anak, mendorong anak untuk melakukan seks oral, atau berusaha melakukan
hubungan seksual vaginal atau anal.
G. Voyeurisme
·
Dari bahasa Perancis voir (melihat)
·
Suatu gangguan seksual, pada gangguan ini
individu mendapat kepuasan seksual dari melihat orang bugil atau orang yang
melakukan aktifitas seksual dan yang diintip tidak menyadarinya. (bahasa harian
Peeping Tom)
· Hal ini biasanya menjurus kepada rangsangan
seksual dan masturbasi, yang dilakukan tanpa orang yang diintip menyadarinya.
· Sebutan voyeurisme hanya berkaitan dengan
intip-mengintip. Voyeurisme sejati tidak akan terangsang jika melihat seseorang
yang tidak berpakaian dihadapannya. Mereka hanya terangsang dengan melakukan
pengitipan.
· Dengan mengintip mereka mampu mempertahankan
keunggulan seksual tanpa mengalami resiko kegagalan atau penolakan dari
pasangan yang nyata.
·
Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
2. Gangguan Preferensi Seksual yang lain
A. Parafilias
Dapat diartikan Para :
menyimpang dan Fillo : cinta/ daya tarik
Arti harafiah : penyimpangan
yang mencakup objek daya tarik seseorang.
Parafilias adalah dorongan
seksual yang mendalam dan berulang dan menimbulkan fantasi seksual yang
difokuskan pada objek lain dan bukan manusia, penderitaan atau penghinaan diri
sendiri atau partnernya, atau anak-anak, atau orang-orang lain yang tidak
mengijinkan. Para penderita parafilia secara psikologis sangat tergantung pada
target keinginannya, jadi penderita tidak akan puas sampai target itu ada.
Hampir semua kasus parafilia yang dilaporkan adalah laki-laki.
B. Necrophili
Penderita kelainan akan memperoleh kepuasan jika berhubungan dengan
mayat. Ia takut berhubungan dengan normal karena takut terjadi penolakan yang
otomatis mempengaruhi psikologis dan aktivitas seksualnya. Mayat adalah objek
seksual yang dianggap tidak akan dapat melawan atau menolak keinginannya dalam
berhubungan seksual. Dalam bahasa Yunani, nekro berarti mayat. Kelainan ini
disebut juga thanatofilia atau necrolagnia.
C. Zoolagnia
Zoolagnia adalah kelainan seksual yang diidap seseorang yang memperoleh
kepuasan seksual ketika melihat binatang sedang berhubungan seksual.
D. Gerontofilia
Suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku tertarik dan
mencari kepuasan kepada orang yang sudah berusia lanjut alias nenek-nenek atau
kakek-kakek.
E. Troilisme atau Triolosme
Tindakan membagi pasangan dengan orang lain, sementara orang tersebut
menontonnya. Seorang triolist adalah seseorang yang mempunyai masalah dengan
kemampuannya sehingga butuh pengakuan. Bisa juga seseorang yang mendapatkan
kepuasan seksual jika saat melakukan hubungan seksual dilihat oleh orang lain.
Triolisme dapat juga diartikan sebagai hubungan seksual yang dilakukan oleh
satu perempuan dengan dua laki-laki ataupun sebaliknya.
F. Bestialitas
Adalah hubungan seksual antara manusia dengan binatang, contohnya manusia
dengan kuda, anjing, sapi, kambing, ayam, bebek, kucing, babi, simpanse. Jika
bestialitas adalah sebutan untuk aktivitas seksualnya, sedangkan zoophilia
adalah sebutan untuk orang yang terangsang dengan melihat binatang berhubungan
seksual.
Baca juga : Macam-Macam Gangguan Seksual Yang Wajib Diketahui Saat Ini (2)
Baca juga : Macam-Macam Gangguan Seksual Yang Wajib Diketahui Saat Ini (2)

1 comment:
nice information. thanks
Post a Comment