Masalah-masalah dalam tidur yang mencakup tentang kesulitan dan frekuensi yang menyebabkan mereka pada keadaan yang menyusahkan dan mengganggu fungsi-fungsi sosial, pekerjaan, atau tugas-tugas lain yang terklasifikasi dalam DSM (diagnostic and statistical manual of mental disorder) disebut gangguan tidur.
DSM atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental mengelompokkan gangguan tidur ke dalam 2 kategori pokok, yaitu Disomnia dan Parasomnia.
A. DISOMNIA
Disomnia dikategorikan sebagai gangguan-gangguan yang menyangkut kuantitas, kualitas, dan waktu tidur. Ada 5 tipe spesifik dari Disomnia yaitu, Primary Insomnia, Primary Hypersomnia, Narcolepsy,
Breathing-Related Sleep Disorder, dan Circadian Rhythm Sleep Disorder.
Breathing-Related Sleep Disorder, dan Circadian Rhythm Sleep Disorder.
Insomnia. Insomnia merupakan gangguan di mana seseorang mengalami kesulitan tidur. Insomnia kronis yang terjadi terus-menerus selama sebulan atau lebih menandakan adanya masalah fisik atau gangguan psikologis yang mendasar seperti depresi. Insomnia kronis yang tidak bisa dijelaskan dengan gangguan fisik atau psikologis lain, atau akibat efek obat-obatan, diklasifikasikan sebagai gangguan tidur yang disebut Primary Insomnia. Orang dengan Primary Insomnia akan merasa sangat sulit tidur, atau sulit memperoleh tidur yang nyenyak selama sebulan atau lebih. Gangguan tidur ini menyebabkan keadaan yang menyusahkan bagi seseorang atau kesulitan dalam fungsi-fungsi sosial, pekerjaan, atau tugas-tugas lain dalam level yang signifikan.
Faktor-faktor psikologis memainkan peran yang mencolok dalam Primary Insomnia. Orang-orang yang bermasalah dengan Primary Insomnia cenderung membawa kecemasan dan kekhawatiran mereka ketika tidur, yang mana meningkatkan penimbulan jasmaniah mereka yang menghalangi tidur alamiah. Kemudian mereka khawatir karena tidak mendapat tidur cukup, yang hanya mempersulit mereka untuk tidur. Mereka kemudian mencoba memaksa diri mereka untuk tidur, yang cenderung malah menciptakan lebih banyak kecemasan dan tekanan, yang justru membuat tidur semakin sulit dilakukan.
Primary Hypersomnia. Primary Hypersomnia merupakan suatu pola dari tidur yang berlebihan selama seharian yang berkelanjutan untuk periode selama sebulan atau lebih. Tidur yang berlebihan ini bisa berupa kesulitan untuk terbangun atau terjaga yang diikuti dengan waktu tidur yang diperpanjang (khususnya 8 sampai 12 jam untuk tidur). Seseorang dengan Primary Hypersomnia memiliki lebih banyak waktu tidur yang menetap yang secara khusus menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam fungsi kesehariannya.
Narcolepsy. Orang dengan Narcolepsy mengalami serangan tidur di mana mereka tiba-tiba merasa ngantuk tanpa adanya peringatan dalam waktu yang bervariasi selama kesehariannya. Mereka tertidur dalam jangka waktu rata-rata selama 15 menit. Diagnosis dibuat ketika serangan tidur terjadi setiap hari selama periode 3 bulan atau lebih dan dikombinasikan dengan adanya 1 atau keduanya dari kondisi sebagai berikut : (1) cataplexy (kehilangan mendadak kontrol otot), dan (2) kacaunya REM dalam keadaan transisi antara bangun dan tidur.
Serangan narcoleptic terjadi secara tiba-tiba dan ketika terbangun dirasakan menyegarkan. Serangan ini bisa menjadi berbahaya dan menakutkan, terutama ketika terjadi ketika seseorang sedang berkendara atau menggunakan alat-alat berat atau tajam.
Penyebab dari gangguan ini menyisakan tanda tanya, tapi gangguan di pengaturan otak mengenai REM (Rapid Eye Movement sleep) diduga ikut berpengaruh. Faktor-faktor genetik mungkin terlibat.
Breathing-Related Sleep Disorder. Orang dengan breathing-related sleep disorder mengalami gangguan tidur yang berulang-ulang sehubungan dengan masalah pernapasan. Gangguan tidur ini sering dihasilkan pada Insomnia dan Hypersomnia.
Subtipe dari gangguan ini dibedakan ke dalam tipe dari penyebab mendasar masalah pernafasan. Tipe yang paling umum adalah obstructive sleep apnea, yang meliputi episode berulang-ulang dari gangguan pernapasan selama tidur. Kesulitan bernapas diakibatkan dari terhalangnya aliran udara di bagian atas saluran udara, yang sering menyebabkan kerusakan struktur, seperti suara serak, amandel, dan adenoids. Dalam kasus gangguan yang menyeluruh, si penidur itu bisa benar-benar berhenti bernapas dalam kurun waktu dari 15 sampai 90 detik sebanyak 500 kali semalaman. Ketika kehilangan napas ini terjadi, si penidur bisa dengan tiba-tiba terduduk, megap-megap mencari udara, menarik napas dalam-dalam, dan kembali tertidur tanpa menyadari bahwa napasnya terganggu. Saluran udara yang menyempit juga menghasilkan dengkuran yang keras, yang menggantikan keheningan sementara ketika napas terhenti.
Circadian Rhythm Sleep Disorder. Kebanyakan fungsi tubuh mengikuti suatu putaran atau ritme internal, disebut ritme circadian, yang tercukupi selama sekitar 24 jam.
Dalam Circadian Rhythm Sleep Disorder, ritme ini menjadi sangat terganggu karena adanya ketidaksebandingan antara tuntutan jadwal tidur yang ditentukan seseorang dengan putaran tidur-bangun internal orang tersebut. Gangguan dalam pola tidur normal yang disebabkan oleh ketidaksebandingan ini bisa mengarah pada Insomnia atau Hypersomnia. Seperti gangguan tidur lainnya, ketidaksebandingan ini bisa menetap dan cukup kuat menyebabkan keadaan yang menyusahkan dan mengganggu kemampuan seseorang dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau tugas-tugas lain. Seringnya perubahan zona waktu dan shift kerja bisa menyebabkan semakin menetapnya atau kambuhnya masalah penyesuaian pola tidur dengan tuntutan jadwal, yang mengakibatkan circadian rhythm sleep disorder.
B. PARASOMNIA
Parasomnia meliputi perilaku-perilaku abnormal atau peristiwa-peristiwa fisiologis yang mengambil tempat selama tidur atau permulaan antara sadar dan tidur. Parasomnia yang umumnya terjadi adalah Nightmare Disorder, Sleep Terror Disorder, dan Sleepwalking Disorder.
Nightmare Disorder. Nightmare disorder meliputi terjaganya seseorang dari tidur secara berulang-ulang dikarenakan mimpi yang menakutkan. Mimpi buruk ini khususnya meliputi mimpi berupa cerita yang panjang dan termasuk di dalamnya terdapat ancaman bahaya fisik yang mendekati individu, seperti akan ditangkap, diserang, atau disakiti. Mimpi buruk ini biasanya diingat kembali secara nyata ketika terbangun. Meskipun kewaspadaan diperoleh kembali setelah terbangun, kecemasan dan ketakutan mungkin masih terasa dan mencegah untuk tidur kembali.
Mimpi buruk sering dihubungkan dengan pengalaman traumatik dan biasanya lebih sering ketika individu berada di bawah tekanan.
Mimpi buruk biasanya terjadi selama tidur REM (tidur dengan gerakan mata cepat). REM cenderung menjadi lebih lama dan mimpi yang terjadi selama REM lebih kuat dalam separuh tidur kemudian, sehingga mimpi buruk biasanya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi.
Sleep Terror Disorder. Khususnya dimulai dengan tangisan yang keras dan menusuk atau teriakan di malam hari. Sleep teror lebih kuat dibandingkan mimpi buruk biasa. Tidak seperti mimpi buruk, sleep teror cenderung terjadi pada sepertiga tidur malam hari dan selama tidur nyenyak non-REM.
Sleep terror disorder meliputi episode berulang-ulang sleep terror yang mengakibatkan terbangun secara tiba-tiba yang dimulai dengan teriakan panik. Jika bangunnya terjadi selama episode sleep terror, orang tersebut biasanya akan tampak bingung dan tidak fokus selama beberapa menit. Kebanyakan orang akan tidur kembali dan di pagi harinya tidak mengingat apa-apa dari yang telah dialami. Penyebab sleep terror disorder masih menyisakan misteri.
Sleepwalking Disorder. Sleepwalking disorder meliputi episode berulang-ulang di mana penidur bangun dari tempat tidur dan berjalan di sekitar rumah sementara masih tetap tertidur.
Meskipun orang yang berjalan dalam tidur secara khusus berjalan menghindari barang-barang, kecelakaan ada kalanya terjadi. Orang yang berjalan dalam tidur cenderung memiliki tatapan kosong di wajah mereka selama episode tersebut. Mereka biasanya tidak merespon orang lain dan sulit untuk dibangunkan. Ketika mereka terbangun di pagi harinya, mereka secara khusus sedikit mengingat jika ada recall tentang pengalaman itu.
TREATMENT UNTUK GANGGUAN TIDUR
Metode yang paling sering digunakan di Amerika Serikat dalam pengobatan gangguan tidur ini adalah Hypnotics. Adapun juga dengan menggunakan obat, pendekatakan nonpharmalogical (cara alternatif tanpa obat), CBT (Cognitive Behaviour Therapy), dll.
Pendekatan Biologis
Banyak yang menggunakan obat dalam penanganan Insomnia dengan tranquilizers (zat penenang) yang bernama benzodiazepines, contohnya Valium, Librium, Dalmane, Xanax dan Halcion. Obat-obat ini juga sering digunakan untuk menangani gangguan kecemasan. Ketika digunakan untuk penanganan insomnia, obat ini efektif untuk mengurangi kecenderungan tidur, meningkatkan waktu tidur, dan mengurangi kemungkinan bangun di malam hari. Obat ini bekerja dengan mengurangi tingkat untuk bangun dan menimbulkan ketenangan, karena itu membuat orang lebih mudah untuk tidur.
Ada beberapa masalah yang muncul pada saat menggunakan tranquilizers untuk menumpas insomnia. Obat-obat ini cenderung menekan REM tidur, yang mengganggu fungsi memperkuat tidur. Mengalami insomnia lagi yang diikuti dengan penggunaan obat yang tidak teratur menyebabkan insomnia yang lebih parah dari yang sebelumnya. Obat-obat ini lama-lama tidak efektif pada dosis yang sama, sehingga lama kelamaan memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek dari obat tersebut. Dosis yang tinggi bisa sangat berbahaya, apalagi kalau dicampur dengan minuman beralkohol pada waktu mau tidur. Penggunaan yang biasa dapat menyebabkan ketergantungan.
Pengguna obat tersebut, secara psikologis tergantung dengan obat tidur. Mereka dapat mengembangkan kebutuhan psikologis untuk menggunakan obat-obatan dan berasumsi bahwa mereka tidak bisa tidur tanpa obat2an tersebut. Pada akhirnya ketergantungan dengan obat tidur tidak menyelesaikan penyebab utama dari masalah atau membantu orang belajar cara yang lebih efektif untuk menyelesaikan/memecahkan masalah tersebut.
Jika benzodiazepines diberikan pada semua masalah tidur, maka obat tersebut hanya dapat digunakan pada periode awal dan dengan dosis yang rendah. Dengan tujuan untuk mencegah kemunduran temporal, sehingga psikolog klinis bisa membantu klien menemukan cara yang efektif untuk mengatasi sumber/ penyebab stress dan kecemasan yang menyebabkan insomnia.
Tranquilizers minor dari jenis benzodiazepines dan tricylic antidepresant juga digunakan untuk menangani deep sleep disorder-sleep terror dan sleepwalking. Obat-obatan psychoactive, seperti stimulant, kadang digunakan untuk membantu mengatur kesadaran orang-orang dengan narcolepsy dan untuk memusnahkan tidur seharian pada orang hypersomnia.
Tidur siang selama 10-60 menit, dan support coping dari mental health profesional atau self help groups dapat juga digunakan untuk membantu orang dengan narcolepsy.
Sleep apnea kadang-kadang ditangani dengan obat yang langsung bereaksi di pusat otak yang menstimulasi pernapasan. Pembedahan juga dapat digunakan untuk melebarkan jalan udara. Peralatan mekanis juga dapat digunakan untuk mengatur pernapasan selama tidur, seperti yang membuat kaya oksigen yang bertekanan untuk menjaga agar bagian atas jalan udara tetap terbuka, atau peralatan battery powered yang secara terus menerus menghembuskan udara melewati hidung untuk mencegah jalan udara dari koleps.
Pendekatan Psikologis
CBT (Terapi Kognitif dan Perilaku) menitikberatkan pada jangka pendek dan fokus pada menurunkan tingkat secara langsung dari dorongan fisik, memodifikasi kebiasaan tidur yang maladaptive dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional. Tipikal terapis CBT menggunakan teknik kombinasi, termasuk stimulus kontrol, training relaksasi dan rational restructuring.
Stimulus kontrol melibatkan pergantian atau perubahan stimulus lingkungan yang berhubungan dengan tidur. Kondisi dibawah normal, kita belajar untuk mengasosiasikan stimulus yang dihubungkan dengan rebahan di kasur dengan tidur, jadi dengan stimulus ini untuk meningkatkan perasaan tidur. Stimulus kontrol ini untuk menguatkan asosiasi antara kasur dengan tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Nevid, Jersey S., Spencer A. Rathus, Beverly Greene.1997.Abnormal Psychology in A Changing World.New Jersey : Prentice Hall.
Sudarsono.1993.Kamus Filsafat dan Psikologi.Jakarta : Rineka Cipta.

No comments:
Post a Comment