Definisi gangguan kepribadian
Kaplan dan Saddock, dua tokoh psikologi mendefinisikan
kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai
kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian
relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian (1997,
h. 242).
Orang yang mengalami gangguan kepribadian biasanya memiliki
tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda, berupa (Martaniah, 1999, h.70) :
1. Ketergantungan
yang berlebihan
2. Ketakutan yang
berlebihan dan intimitas
3. Kesedihan yang
mendalam
4. Tingkah laku
yang eksploitatif
5. Kemarahan yang
tidak dapat dikontrol
6. Kalau masalah
mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi ketidakpuasan
Penyebab munculnya gangguan kepribadian
Secara umum, penyebab dari munculnya gangguan kepribadian pada diri seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Kaplan & Saddock, 1997, h. 243-245):
1. Faktor Genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan
psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali
lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu
penelitian, tentang penilaian multipel kepribadian dan temperamen, minat
okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang
dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang
dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor
Tempramental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai
contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami
kepribadian menghindar.
Disfungsi sistem saraf pusat pada masa anak-anak berhubungan
dengan tanda neurologist lunak dan paling sering ditemukan pada gangguan kepribadian
anti sosial dan ambang. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari
kesesuaian parental yang buruk, yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan
cara membesarkan anak. Sebagai contohnya, seorang anak yang pencemas dibesarkan
oleh ibu yang tenang.
3. Faktor Biologis
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali
juga menunjukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol, dan estrone.
Begitu pula dengan Monoamin oksidase trombosit (MAO), pelajar perguruan tinggi
dengan MAO trombosit yang rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu
dalam aktivitas sosial dibandingkan dengan pelajar dengan kadar MAO trombosit
yang tinggi.
Neurotransmitter. Penelitian sifat kepribadian dan system
dopaminergik dan serotonergik menyatakan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran
dari neurotransmitter tersebut. Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA),
suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang berusaha bunuh diri
dan pada pasien yang impulsif dan agresif. Meningkatkan kadar serotonin dengan
obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine (prozac) dapat menghasilkan
perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin
menurunkan depresi, impulsivitas, dan perenungan pada banyak orang dan dapat
menghasilkan perasaan kesehatan umum. Meningkatnya kadar dopamine di dalam
system saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan tertentu, misalnya
amphetamine dapat menginduksi euphoria. Efek neurotransmitter pada sifat
kepribadian elah menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah sifat
kepribadian dibawa sejak lahir atau tidak.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada
elektroensefalogram (EEG) telah ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan
kepribadian, paling sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas
gelombang lambat.
4. Faktor
Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Misalnya,
suatu karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi pada stadium
oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan adalah
menonjol. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang
pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat
teliti.
Selanjutnya Wilhelm Reich mengajukan istilah “character
armor” untuk menggambarkan gaya depensif karakteristik yang digunakan seseorang
untuk melindungi dirinya sendiri dari impuls internal dan dari kecemasan
interpersonal dalam hubungan yang bermakna. Pendapat Reich memiliki pengaruh
yang luas pada pemahaman kontemporer tentang kepribadian dan gangguan
kepribadian. Cap kepribadian yang unik pada masing-masing manusia sangat
ditentukan oleh mekanisme pertahanan karakteristik orang tersebut.
Jika mekanisme pertahanan berfungsi dengan baik, pasien
dengan gangguan kepribadian akan mampu mengatasi perasaan cemas, depresi,
kemarahan, mali, bersalah atau efek lainnya. Pertahan disini adalah proses
mental bawah sadar yang digunakan ego untuk memecahkan konflik antara id dengan
apa yang diinginkan lingkungan.
Klasifikasi dan deskripsi gangguan kepribadian beserta
tritmennya
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
edisi keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu:
a. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid,
skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak
aneh dan eksentrik.
b. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial,
ambang, histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak
dramatik, emosional, dan tidak menentu.
c. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar,
dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan
kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian
pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini
sering tampak cemas atau ketakutan.
Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan
kepribadian yang telah disebutkan di atas:
1. PARANOID
Gangguan kepribadian paranoid (paranoid personality
disorder; PPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu tidak dapat
mempercayai dan curiga terhadap orang lain secara berlebihan. Dikatakan sebagai
bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya menetap, mengganggu dan membuat
tertekan (distressing). Akan tetapi, perilaku ini tidak disebut sebagai bentuk
gangguan kepribadian bila kemunculan perilaku tersebut disebabkan oleh
skizofrenia, gangguan mood (seperti deprsi berat) dengan gejala psikotik, atau
gangguan psikotik lainnya (faktor neurologi), atau sebab-sebab yang diakibatkan
oleh kondisi medis.
Gangguan kepribadian paranoid merupakan karakter paranoia
yang menetap, gangguan kepribadian berupa gangguan berpikir, perilaku
maladaptif, dan tingkah laku. Muncul menjelang memasuki masa awal dewasa, yang
berdampak pada kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, pekerjaan dan
fungsi-fungsi sosial lainnya.
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid sulit percaya
dan curiga berlebihan ketika berinteraksi dengan orang lain sehingga individu
PPD merasa takut untuk dekat dengan siapa pun, mencurigai orang asing meskipun
orang itu tidak tepat untuk dicurigai.
Individu PPD mempunyai teman yang sedikit, sulit mempercayai
orang lain membuat individu ini tidak dapat diajak kerjasama dalam sebuah tim.
Namun demikian, bukan berarti gangguan kepribadian paranoid tidak dapat
menikah. Kecemburuan dan keinginan untuk mengontrol pasangannya menjadi bagian
patologi dalam hubungan dengan pasangannya.
Hampir setiap saat individu PPD kesulitan untuk bersikap
tenang untuk tidak mencurigai orang lain, kadang mereka sengaja mencari-cari
orang untuk menjadi tersangka dan patut untuk dicurigai. Rasa takut yang muncul
justru membuat individu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa (gugup) ketika
orang yang dicurigainya berada dekat dengannya. Seringnya individu PPD
melakukan penolakan baik dengan konfrontasi, agresif atau perselisihan membuat
mereka memilih tidak bersahabat dengan orang itu dan memilih diri untuk menyendiri.
Simtom
Gangguan Kepribadian Paranoid lebih banyak atau lebih nyata
dialami oleh pria daripada wanita. Sekitar 3% orang dewasa pernah mengalami
gangguan ini. Beberapa tanda-tanda pada gangguan kepribadian paranoid, antara
lain :
o Kecurigaan yang berulang tanpa dasar atau bukti yang kuat,
terhadap orang lain bahwa orang itu akan mengeksploitasi, bersikap jahat atau
menipu dirinya.
o Sulit mempercayai
orang lain dan tidak dapat bersikap loyal terhadap orang atau kerjasama tim
o Enggan berbagi pelbagai informasi kepada orang lain
disebabkan rasa takut yang tidak beralasan bahwa sewaktu-waktu orang lain akan
bersikap jahat kepadanya
o Mengartikan
kata-kata atau teguran yang ramah sebagai ancaman atau merendahkan dirinya
o Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, meskipun pada
masalah-masalah kecil. Sulit untuk memaafkan orang lain yang pernah menganggu,
melukai, menyakiti atau mengabaikan dirinya
o Ketika bersinggungan dengan karakter atau reputasinya oleh
orang lain, ia akan segera bereaksi dengan amarah atau menyerang balik orang
itu (dengan kekerasaan fisik)
o Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya
Faktor Penyebab
Penyebab utama munculnya gangguan kepribadian paranoid tidak
diketahu secara pasti, namun diperkirakan faktor genetika mempunyai peran
terhadap kemunculannya gangguan tersebut, misalnya anggota keluarga dengan
gangguan skizofrenia. Gangguan kepribadian paranoid dapat juga muncul dari
pengalaman masa kanak-kanak yang tumbuh dari keluarga yang mendidik
anak-anaknya dengan ancaman. Perilaku orangtua dengan kesehariannya yang kasar,
berantakan, merendahkan diri anak-anaknya, juga mempengaruhi pembentukan
karakteristik gangguan ini pada anak dikemudian hari.
Medikasi
Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada
obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan
diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan
waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik)
diberikan bila individu PPD untuk mengurangi agitasi dan delusi pada pasien.
Psikoterapi
Kesulitan yang dihadapi oleh terapis pada gangguan ini
adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak
memerlukan bantuan dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa
individu PDD sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya
membuat terapi sulit dilakukan.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah
bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu PDD akan
meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga
harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu PPD yang tidak
memiliki sense of humor. Menjaga tidaknya konfrontasi ide-ide atau pemikiran
secara langsung dengan pasien.
Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy
(CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak
sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.
Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan
dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang
lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan
hubungan interpersonal yang baik.
Namun demikian, individu dengan PPD kronis terapi kelompok
dan keluarga tidak akan efektif dijalankan karena pada individu PPD kronis
tingkat kepercayaan terhadap orang lain samasekali tidak ada.
Psikodinamika Gangguan Kepribadian Paranoid
Para ahli psikodinamika menyatakan bahwa ada pengaruh
genetika dalam gangguan ini, dimana para ahli menelusuri kembali pola-pola
interaksi awal dengan orang tua yang dibutuhkan. Para ahli kognitif mengarahkan
perihal asumsi-asumsi maladaptif semacam “Mereka jahat dan akan selalu
menyerangmu bila ada kesempatan untuk menyalahkanmu”.
Pengobatan Gangguan Kepribadian Paranoid
Kesulitan yang dihadapi oleh ahli terapi (terapis) pada
gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya dan
merasa tidak memerlukan bantuan dari terapis. Hanya beberapa saja dari
penderita yang mau berobat atas kemauannya sendiri. Dan sering penderita yang
sedang diobati tidak percaya dan menolak terapisnya.
Pengobatan pada gangguan ini lebih banyak difokuskan pada
terapi perilaku, sedangkan terapi obat umumnya tidak efektif. Terapi perilaku
pada gangguan ini, perlu dilihat masa lalu “kemarahan” penderita sebagai dasar
menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Kemudian, membantu mengontrol
kecemasan penderita dan memperbaiki kemampuan hubungan interpersonalnya.
2. SKIZOID
Gangguan Kepribadian Skizoid adalah gangguan kepribadian
ganjil atau eksentrik yang memiliki ciri / pola melepaskan diri dari hubungan
sosial dan ekspresi emosi yang terbatas.
Ciri ciri gangguan kepribadian skizoid menurut DSM-IV-TR
meliputi :
o Pola pelepasan diri
dari hubungan sosial dan ragam ekspresi emosi yang terbatas, yang dimulai pada
masa dewasa awal
o Kurangnya keinginan
untuk menikmati hubungan dekat, termasuk hubungan keluarga
o Hampir selalu
memilih aktifitas-aktifitas menyendiri/soliter
o Kalaupun memiliki minat untuk mendapatkan pengalaman
seksual dengan orang lain, minat itu hanya sedikit sekali
o Mendapatkan
kesenangan dari beberapa gelintir aktivitas, itupun kalau ada
o Kurang memiliki
sahabat atau teman karib di luar anggota keluarga
o Tampak tidak peduli
pada pujian maupun kritik dari orang lain
o Menunjukkan sikap
dingin atau lepas secara emosional
o Tidak muncul secara
eksklusif dengan skizofrenia atau gangguan-gangguan lainnya.
Penelitian tentang kontribusi genetik, neurobiologis dan
psikososial pada gangguan kepribadian skizoid tetap dilakukan (Philips dan
kawan-kawan 2003). Sikap pemalu pada masa kanak-kanak dilaporkan sebagai
pertanda gangguan kepribadian skizoid pada masa dewasa kelak. Ada kemungkinan
ciri kepribadian ini diwariskan dan merupakan determinan penting dalam
perkembangan gangguan ini.
Diduga disfungsi biologis yang serupa berkombinasi dengan
proses belajar pada masa kanak kanak atau dengan hubungan interpersonal pada
masa kanak kanak menghasilkan defisit sosial yang menentukan timbulnya gangguan
kepribadian skizoid (Wolff, 2000). Demikian pula dengan keterampilan sosial
yang tidak pernah dilatih dapat memperburuk gangguan ini.
Pada populasi orang dewasa, diperkirakan kurang dari 1% yang
menderita Gangguan Kepribadian Skizoid. Dan sedikit lebih banyak penderita pria
daripada wanita.
Tanda-tanda Gangguan Kepribadian Skizoid, antara lain :
o Hanya sedikit aktifitas yang memberikan kebahagiaan.
o Emosi dingin, afek datar.
o Kurang mampu untuk menyatakan kehangatan, kelembutan, atau
kemarahan terhadap orang lain.
o Ketidak-perdulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman.
o Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan
orang lain (dengan memperhitungkan usia).
o Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri.
o Dirundung oleh fantasi dan instropeksi yang berlebihan.
o Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang
akrab, dan keinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu.
o Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial
yang berlaku.
Tidak termasuk : Sindrom Asperger, Gangguan Waham, Gangguan
Skizoid masa kanak-kanak, Skizofrenia, Gangguan Kepribadian Skizotipal.
Psikodinamika Gangguan Kepribadian Skizoid
Para ahli psikodinamika menghubungkan Gangguan Kepribadian
Skizoid (Skizoid Personality Disorder; SPD) dengan perasaan yang tidak nyaman
dalam hubungan interpersonal, dipercaya orang tua penderita telah melakukan
penolakan dan kekerasan pada anaknya (penderita).
Para ahli kognitif menempatkan orang dengan Gangguan
Kepribadian Skizoid sebagai penderita yang mengalami defisiensi atau gangguan
proses berpikir, dimana pikiran penderita cenderung menjadi samar dan kosong
sehingga penderita mengalami kesulitan menyimpulkan apa yang ada disekitarnya.
Pengobatan Gangguan Kepribadian Skizoid
Penarikan hubungan sosial yang ekstrim dari penderita dan
selalu mempertahankan jarak hubungan emosional dengan terapis menghalangi
penanganan gangguan kepribadian Skizoid.
Terapi yang digunakan adalah terapi kognitif (dapat membantu
penderita dalam berinteraksi sosial secara nyaman), terapi perilaku (membantu
penderita memperbaiki kemampuan sosialnya), terapi kelompok (membuat penderita
merasa nyaman dengan lingkungannya), dan terapi obat (sedikit bermanfaat).
Gangguan kepribadian skizoid merupakan suatu karakter yang
sifatnya menetap dalam diri individu yang menghindari (withdrawal) kontak dari
hubungan sosial. Individu dengan gangguan kepribadian skizoid (SPD) digambarkan
sebagai individu yang tidak memiliki emosi dalam merespon pelbagai situasi.
Kondisi ini seperti ketidakmampuan dalam menikmati pelbagai
pengalaman-pengalaman hidup dalam pelbagai situasi yang terjadi.
Individu dengan SPD dalam hubungan sosial cenderung tidak
menunjukkan ekspresi emosi, ia tidak tertarik pada hal-hal tertentu yang terjadi
di sekelilingnya. Bermuram dan menjauhkan diri dari yang lain sehingga ia
kadang terlihat seperti menyendiri dalam keterasingan.
Meskipun demikian individu dengan gangguan kepribadian SPD
yang lebih menyukai menyendiri, akan tetapi tetap menyukai kehidupan sosial,
artinya individu tersebut tidak mengurung dirinya dengan menghindari orang lain
semata, ia masih tetap keluar ruangan dan tidak bersembunyi ―beda halnya dengan
gangguan kepribadian menghindari (Avoidant Personality Disorder; APD)
Beberapa perilaku pada individu dengan gangguan SPD adalah
minimnya ekspresi emosi, kebanyakan orang normal akan menganggap bahwa ia tidak
tertarik dengan sesuatu hal yang sedang terjadi, kurangnya perhatian dan tidak
sensitif. Individu tersebut juga kesulitan untuk menunjukkan ekspresi amarah
atau permusuhan dengan orang lain.
Skizoid tidaklah sama dengan gangguan skizofrenia
(schizophrenia) walaupun ada kemiripan pada nama, skizofrenia dikategorikan
sebagai gangguan psikotik. Namun demikian SPD sering disebut sebagai gangguan
mental "spektrum dari skizofrenia", beberapa simtom yang ada pada SPD
seperti menghindari kontak pribadi dengan orang lain, minimnya ekspresi emosi
merupakan simtom yang terdapat pada skizofrenia pula. Bedanya, pada SPD tidak
terjadinya penyimpangan persepsi, paranoia dan ilusi dibandingan dengan
kepribadian schizotypal maupun pada gangguan psikotik episode dari skizofrenia.
Untuk bekerja, individu dengan gangguan SPD dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, kesulitan akan dialami bila individu
terlibat dalam hubungan interpersonal dengan rekan kerja atau orang lain.
Individu dengan gangguan SPD juga dapat menikah, namun kesulitan akan ditemui
dalam penciptaan hubungan lekat (intimacy) dengan pasangannya disamping itu,
individu dengan tipe ini menunjukkan ketidaktertarikan pada hubungan seksual.
Simtom
Individu dengan gangguan SPD sangat jarang menikah, mereka
kadang tergantung pada orangtuanya dan menghindari kontak personal dengan orang
lain. Gangguan kepribadian SPD didiagnosa berdasarkan beberapa kriteria
berikut;
1. Pola perilaku menetap yang tidak berpengaruh dari bentuk
hubungan sosial dan keterbatasan pengungkapan ekspresi emosi dalam pelbagai
hubungan antar pribadi pada awal masa dewasa;
> Tidak pernah
tertarik atau menikmati dalam berhubungan dengan orang lain termasuk untuk
menjadi bagian dalam keluarga.
> Hampir selalu
memilih aktivitas untuk menyendiri
Sangat sedikit
diantaranya yang tertarik pada aktivitas seksual
> Sangat jarang
untuk memilih waktu untuk bersenang-senang
> Sedikit
mempunyai teman
> Tidak
terpengaruh pada pujian dan kritik dari orang lain
> Perilaku
‘dingin’, emosi datar
2. Gangguan kepribadian skizoid tidak muncul yang disebabkan
oleh skizofrenia, gangguan mood dengan gejala psikotik dikemudian hari,
gangguan psikotik lainnya atau disebabkan oleh gangguan perkembanngan termasuk
fungsi biologis dari dampak langsung pengobata medis.
Treatment
Medikasi
Pengobatan untuk individu dengan gangguan kepribadian
skizoid (SDP) tidak begitu diperlukan, kecuali bila dokter beranggapan perlunya
obat-obatan bila pasien disertai dengan gangguan kecemasan.
Psikoterapi
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid sangat sulit
untuk mendapatkan treatment, hal ini disebabkan bahwa individu dengan gangguan
SPD beranggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja, bahkan individu
tersebut tidak peduli sama sekali dengan terapi. Ini menjadi alasan treatment
dianggap tidak diperlukan bagi individu. Dengan gangguan kepribadian skizoid,
kecuali dalam beberapa kasus dimana individu sengaja datang pada terapis yang
diakibatkan adanya gangguan lainnya seperti ketergantungan pada
kebiasaan-kebiasaan buruk yang disadari oleh individu bersangkutan.
Test Psikologi
Beberapa tes psikologi yang dapat mendiagnosa adanya
gangguan kepribadian skizoid:
• Minnesota
Multiphastic Personality Inventory (MMPI-2)
• Millon
Clinical Multiaxial Inventory (MCMI-II)
• Rorschach
Psychodiagnostic Test
• Thematic
Apperception Test (TAT)
Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kepribadian
skizoid adalah cognitive-behavioral therapy (CBT), terapi keluarga dan terapi
psikodinamika. Bila individu mempunyai pasangan hidup, terapi pasangan (couples
therapy) dapat digunakan untuk membentuk komunikasi antar pasangan.
Terapi Individu
Berhasilnya terapi pada individu dengan gangguan SPD
membutuhkan waktu yang relatif lama, dibutuhkan kesabaran untuk mengubah
persepsi yang salah terhadap cara memandang persahabatan untuk menciptakan
hubungan interpersonal yang baik. Pada awal terapi, terapis akan menyuruh
pasien/klien untuk mengungkapkan apa yang dibayangkan oleh individu menyangkut
sebuah hubungan persahabatan dan ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selanjutnya terapis akan
menyusun langkah-langkah kedepan secara bersama dengan klien untuk
penyembuhannya.
Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan salah satu treatment yang paling
cepat dan efektif, meskipun demikian terapi kelompok tetap menemui kesulitan
ketika individu SPD ikut dalam partisipasi kelompok tersebut. Oleh karenanya
individu diberikan kenyamanan dalam grupnya, terapis juga harus menjaga dari
kritikan anggota lainnya. Terciptanya keakraban antar sesama anggota merupakan
salah satu harapan dari terapi ini dengan menciptakan hubungan-hubungan sosial
yang saling mendukung. Terapi kelompok akan memberi pengalaman-pengalaman sosial
yang bermanfaat, saling mengerti sesama anggota, berkomunikasi sampai pada
memahami orang lain.
GANGGUAN KEPRIBADIAN MANUSIA MODERN 2

No comments:
Post a Comment