Sub

Sunday, November 27, 2016

GANGGUAN KEPRIBADIAN MANUSIA MODERN 1


Definisi gangguan kepribadian
Kaplan dan Saddock, dua tokoh psikologi mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian (1997, h. 242).

Orang yang mengalami gangguan kepribadian biasanya memiliki tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda, berupa (Martaniah, 1999, h.70) :
1.      Ketergantungan yang berlebihan
2.      Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
3.      Kesedihan yang mendalam
4.      Tingkah laku yang eksploitatif
5.      Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
6.      Kalau masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi ketidakpuasan

Penyebab munculnya gangguan kepribadian

Secara umum, penyebab dari munculnya gangguan kepribadian pada diri seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Kaplan & Saddock, 1997, h. 243-245):
1.  Faktor Genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multipel kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.

2.  Faktor Tempramental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
Disfungsi sistem saraf pusat pada masa anak-anak berhubungan dengan tanda neurologist lunak dan paling sering ditemukan pada gangguan kepribadian anti sosial dan ambang. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari kesesuaian parental yang buruk, yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan cara membesarkan anak. Sebagai contohnya, seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang tenang.

3.  Faktor Biologis
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali juga menunjukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol, dan estrone. Begitu pula dengan Monoamin oksidase trombosit (MAO), pelajar perguruan tinggi dengan MAO trombosit yang rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu dalam aktivitas sosial dibandingkan dengan pelajar dengan kadar MAO trombosit yang tinggi.
Neurotransmitter. Penelitian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik menyatakan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang berusaha bunuh diri dan pada pasien yang impulsif dan agresif. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine (prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas, dan perenungan pada banyak orang dan dapat menghasilkan perasaan kesehatan umum. Meningkatnya kadar dopamine di dalam system saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan tertentu, misalnya amphetamine dapat menginduksi euphoria. Efek neurotransmitter pada sifat kepribadian elah menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah sifat kepribadian dibawa sejak lahir atau tidak.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram (EEG) telah ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.

4.  Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Misalnya, suatu karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi pada stadium oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan adalah menonjol. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
Selanjutnya Wilhelm Reich mengajukan istilah “character armor” untuk menggambarkan gaya depensif karakteristik yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya sendiri dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang bermakna. Pendapat Reich memiliki pengaruh yang luas pada pemahaman kontemporer tentang kepribadian dan gangguan kepribadian. Cap kepribadian yang unik pada masing-masing manusia sangat ditentukan oleh mekanisme pertahanan karakteristik orang tersebut.
Jika mekanisme pertahanan berfungsi dengan baik, pasien dengan gangguan kepribadian akan mampu mengatasi perasaan cemas, depresi, kemarahan, mali, bersalah atau efek lainnya. Pertahan disini adalah proses mental bawah sadar yang digunakan ego untuk memecahkan konflik antara id dengan apa yang diinginkan lingkungan.

Klasifikasi dan deskripsi gangguan kepribadian beserta tritmennya
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik.
b. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.
c. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan.

Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yang telah disebutkan di atas:

1. PARANOID
Gangguan kepribadian paranoid (paranoid personality disorder; PPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu tidak dapat mempercayai dan curiga terhadap orang lain secara berlebihan. Dikatakan sebagai bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya menetap, mengganggu dan membuat tertekan (distressing). Akan tetapi, perilaku ini tidak disebut sebagai bentuk gangguan kepribadian bila kemunculan perilaku tersebut disebabkan oleh skizofrenia, gangguan mood (seperti deprsi berat) dengan gejala psikotik, atau gangguan psikotik lainnya (faktor neurologi), atau sebab-sebab yang diakibatkan oleh kondisi medis.

Gangguan kepribadian paranoid merupakan karakter paranoia yang menetap, gangguan kepribadian berupa gangguan berpikir, perilaku maladaptif, dan tingkah laku. Muncul menjelang memasuki masa awal dewasa, yang berdampak pada kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, pekerjaan dan fungsi-fungsi sosial lainnya.

Individu dengan gangguan kepribadian paranoid sulit percaya dan curiga berlebihan ketika berinteraksi dengan orang lain sehingga individu PPD merasa takut untuk dekat dengan siapa pun, mencurigai orang asing meskipun orang itu tidak tepat untuk dicurigai.

Individu PPD mempunyai teman yang sedikit, sulit mempercayai orang lain membuat individu ini tidak dapat diajak kerjasama dalam sebuah tim. Namun demikian, bukan berarti gangguan kepribadian paranoid tidak dapat menikah. Kecemburuan dan keinginan untuk mengontrol pasangannya menjadi bagian patologi dalam hubungan dengan pasangannya.

Hampir setiap saat individu PPD kesulitan untuk bersikap tenang untuk tidak mencurigai orang lain, kadang mereka sengaja mencari-cari orang untuk menjadi tersangka dan patut untuk dicurigai. Rasa takut yang muncul justru membuat individu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa (gugup) ketika orang yang dicurigainya berada dekat dengannya. Seringnya individu PPD melakukan penolakan baik dengan konfrontasi, agresif atau perselisihan membuat mereka memilih tidak bersahabat dengan orang itu dan memilih diri untuk menyendiri.

Simtom
Gangguan Kepribadian Paranoid lebih banyak atau lebih nyata dialami oleh pria daripada wanita. Sekitar 3% orang dewasa pernah mengalami gangguan ini. Beberapa tanda-tanda pada gangguan kepribadian paranoid, antara lain :
o Kecurigaan yang berulang tanpa dasar atau bukti yang kuat, terhadap orang lain bahwa orang itu akan mengeksploitasi, bersikap jahat atau menipu dirinya.
o  Sulit mempercayai orang lain dan tidak dapat bersikap loyal terhadap orang atau kerjasama tim
o Enggan berbagi pelbagai informasi kepada orang lain disebabkan rasa takut yang tidak beralasan bahwa sewaktu-waktu orang lain akan bersikap jahat kepadanya
o  Mengartikan kata-kata atau teguran yang ramah sebagai ancaman atau merendahkan dirinya
o Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, meskipun pada masalah-masalah kecil. Sulit untuk memaafkan orang lain yang pernah menganggu, melukai, menyakiti atau mengabaikan dirinya
o Ketika bersinggungan dengan karakter atau reputasinya oleh orang lain, ia akan segera bereaksi dengan amarah atau menyerang balik orang itu (dengan kekerasaan fisik)
o Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya

Faktor Penyebab
Penyebab utama munculnya gangguan kepribadian paranoid tidak diketahu secara pasti, namun diperkirakan faktor genetika mempunyai peran terhadap kemunculannya gangguan tersebut, misalnya anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia. Gangguan kepribadian paranoid dapat juga muncul dari pengalaman masa kanak-kanak yang tumbuh dari keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan ancaman. Perilaku orangtua dengan kesehariannya yang kasar, berantakan, merendahkan diri anak-anaknya, juga mempengaruhi pembentukan karakteristik gangguan ini pada anak dikemudian hari.

Medikasi
Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi agitasi dan delusi pada pasien.

Psikoterapi
Kesulitan yang dihadapi oleh terapis pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu PDD sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu PDD akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu PPD yang tidak memiliki sense of humor. Menjaga tidaknya konfrontasi ide-ide atau pemikiran secara langsung dengan pasien.

Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.

Namun demikian, individu dengan PPD kronis terapi kelompok dan keluarga tidak akan efektif dijalankan karena pada individu PPD kronis tingkat kepercayaan terhadap orang lain samasekali tidak ada.

Psikodinamika Gangguan Kepribadian Paranoid
Para ahli psikodinamika menyatakan bahwa ada pengaruh genetika dalam gangguan ini, dimana para ahli menelusuri kembali pola-pola interaksi awal dengan orang tua yang dibutuhkan. Para ahli kognitif mengarahkan perihal asumsi-asumsi maladaptif semacam “Mereka jahat dan akan selalu menyerangmu bila ada kesempatan untuk menyalahkanmu”.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Paranoid
Kesulitan yang dihadapi oleh ahli terapi (terapis) pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapis. Hanya beberapa saja dari penderita yang mau berobat atas kemauannya sendiri. Dan sering penderita yang sedang diobati tidak percaya dan menolak terapisnya.

Pengobatan pada gangguan ini lebih banyak difokuskan pada terapi perilaku, sedangkan terapi obat umumnya tidak efektif. Terapi perilaku pada gangguan ini, perlu dilihat masa lalu “kemarahan” penderita sebagai dasar menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Kemudian, membantu mengontrol kecemasan penderita dan memperbaiki kemampuan hubungan interpersonalnya.


2. SKIZOID
Gangguan Kepribadian Skizoid adalah gangguan kepribadian ganjil atau eksentrik yang memiliki ciri / pola melepaskan diri dari hubungan sosial dan ekspresi emosi yang terbatas.

Ciri ciri gangguan kepribadian skizoid menurut DSM-IV-TR meliputi :
o  Pola pelepasan diri dari hubungan sosial dan ragam ekspresi emosi yang terbatas, yang dimulai pada masa dewasa awal
o  Kurangnya keinginan untuk menikmati hubungan dekat, termasuk hubungan keluarga
o  Hampir selalu memilih aktifitas-aktifitas menyendiri/soliter
o Kalaupun memiliki minat untuk mendapatkan pengalaman seksual dengan orang lain, minat itu hanya sedikit sekali
o  Mendapatkan kesenangan dari beberapa gelintir aktivitas, itupun kalau ada
o  Kurang memiliki sahabat atau teman karib di luar anggota keluarga
o  Tampak tidak peduli pada pujian maupun kritik dari orang lain
o  Menunjukkan sikap dingin atau lepas secara emosional
o  Tidak muncul secara eksklusif dengan skizofrenia atau gangguan-gangguan lainnya.

Penelitian tentang kontribusi genetik, neurobiologis dan psikososial pada gangguan kepribadian skizoid tetap dilakukan (Philips dan kawan-kawan 2003). Sikap pemalu pada masa kanak-kanak dilaporkan sebagai pertanda gangguan kepribadian skizoid pada masa dewasa kelak. Ada kemungkinan ciri kepribadian ini diwariskan dan merupakan determinan penting dalam perkembangan gangguan ini.

Diduga disfungsi biologis yang serupa berkombinasi dengan proses belajar pada masa kanak kanak atau dengan hubungan interpersonal pada masa kanak kanak menghasilkan defisit sosial yang menentukan timbulnya gangguan kepribadian skizoid (Wolff, 2000). Demikian pula dengan keterampilan sosial yang tidak pernah dilatih dapat memperburuk gangguan ini.

Pada populasi orang dewasa, diperkirakan kurang dari 1% yang menderita Gangguan Kepribadian Skizoid. Dan sedikit lebih banyak penderita pria daripada wanita.

Tanda-tanda Gangguan Kepribadian Skizoid, antara lain :
o Hanya sedikit aktifitas yang memberikan kebahagiaan.
o Emosi dingin, afek datar.
o Kurang mampu untuk menyatakan kehangatan, kelembutan, atau kemarahan terhadap orang lain.
o Ketidak-perdulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman.
o Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain (dengan memperhitungkan usia).
o Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri.
o Dirundung oleh fantasi dan instropeksi yang berlebihan.
o Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab, dan keinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu.
o Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.
Tidak termasuk : Sindrom Asperger, Gangguan Waham, Gangguan Skizoid masa kanak-kanak, Skizofrenia, Gangguan Kepribadian Skizotipal.

Psikodinamika Gangguan Kepribadian Skizoid
Para ahli psikodinamika menghubungkan Gangguan Kepribadian Skizoid (Skizoid Personality Disorder; SPD) dengan perasaan yang tidak nyaman dalam hubungan interpersonal, dipercaya orang tua penderita telah melakukan penolakan dan kekerasan pada anaknya (penderita).

Para ahli kognitif menempatkan orang dengan Gangguan Kepribadian Skizoid sebagai penderita yang mengalami defisiensi atau gangguan proses berpikir, dimana pikiran penderita cenderung menjadi samar dan kosong sehingga penderita mengalami kesulitan menyimpulkan apa yang ada disekitarnya.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Skizoid
Penarikan hubungan sosial yang ekstrim dari penderita dan selalu mempertahankan jarak hubungan emosional dengan terapis menghalangi penanganan gangguan kepribadian Skizoid.

Terapi yang digunakan adalah terapi kognitif (dapat membantu penderita dalam berinteraksi sosial secara nyaman), terapi perilaku (membantu penderita memperbaiki kemampuan sosialnya), terapi kelompok (membuat penderita merasa nyaman dengan lingkungannya), dan terapi obat (sedikit bermanfaat).

Gangguan kepribadian skizoid merupakan suatu karakter yang sifatnya menetap dalam diri individu yang menghindari (withdrawal) kontak dari hubungan sosial. Individu dengan gangguan kepribadian skizoid (SPD) digambarkan sebagai individu yang tidak memiliki emosi dalam merespon pelbagai situasi. Kondisi ini seperti ketidakmampuan dalam menikmati pelbagai pengalaman-pengalaman hidup dalam pelbagai situasi yang terjadi.

Individu dengan SPD dalam hubungan sosial cenderung tidak menunjukkan ekspresi emosi, ia tidak tertarik pada hal-hal tertentu yang terjadi di sekelilingnya. Bermuram dan menjauhkan diri dari yang lain sehingga ia kadang terlihat seperti menyendiri dalam keterasingan.

Meskipun demikian individu dengan gangguan kepribadian SPD yang lebih menyukai menyendiri, akan tetapi tetap menyukai kehidupan sosial, artinya individu tersebut tidak mengurung dirinya dengan menghindari orang lain semata, ia masih tetap keluar ruangan dan tidak bersembunyi ―beda halnya dengan gangguan kepribadian menghindari (Avoidant Personality Disorder; APD)

Beberapa perilaku pada individu dengan gangguan SPD adalah minimnya ekspresi emosi, kebanyakan orang normal akan menganggap bahwa ia tidak tertarik dengan sesuatu hal yang sedang terjadi, kurangnya perhatian dan tidak sensitif. Individu tersebut juga kesulitan untuk menunjukkan ekspresi amarah atau permusuhan dengan orang lain.

Skizoid tidaklah sama dengan gangguan skizofrenia (schizophrenia) walaupun ada kemiripan pada nama, skizofrenia dikategorikan sebagai gangguan psikotik. Namun demikian SPD sering disebut sebagai gangguan mental "spektrum dari skizofrenia", beberapa simtom yang ada pada SPD seperti menghindari kontak pribadi dengan orang lain, minimnya ekspresi emosi merupakan simtom yang terdapat pada skizofrenia pula. Bedanya, pada SPD tidak terjadinya penyimpangan persepsi, paranoia dan ilusi dibandingan dengan kepribadian schizotypal maupun pada gangguan psikotik episode dari skizofrenia.

Untuk bekerja, individu dengan gangguan SPD dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, kesulitan akan dialami bila individu terlibat dalam hubungan interpersonal dengan rekan kerja atau orang lain. Individu dengan gangguan SPD juga dapat menikah, namun kesulitan akan ditemui dalam penciptaan hubungan lekat (intimacy) dengan pasangannya disamping itu, individu dengan tipe ini menunjukkan ketidaktertarikan pada hubungan seksual.

Simtom
Individu dengan gangguan SPD sangat jarang menikah, mereka kadang tergantung pada orangtuanya dan menghindari kontak personal dengan orang lain. Gangguan kepribadian SPD didiagnosa berdasarkan beberapa kriteria berikut;
1. Pola perilaku menetap yang tidak berpengaruh dari bentuk hubungan sosial dan keterbatasan pengungkapan ekspresi emosi dalam pelbagai hubungan antar pribadi pada awal masa dewasa;
 > Tidak pernah tertarik atau menikmati dalam berhubungan dengan orang lain termasuk untuk menjadi bagian dalam keluarga.
  > Hampir selalu memilih aktivitas untuk menyendiri
   Sangat sedikit diantaranya yang tertarik pada aktivitas seksual
  > Sangat jarang untuk memilih waktu untuk bersenang-senang
  > Sedikit mempunyai teman
  > Tidak terpengaruh pada pujian dan kritik dari orang lain
  > Perilaku ‘dingin’, emosi datar

2. Gangguan kepribadian skizoid tidak muncul yang disebabkan oleh skizofrenia, gangguan mood dengan gejala psikotik dikemudian hari, gangguan psikotik lainnya atau disebabkan oleh gangguan perkembanngan termasuk fungsi biologis dari dampak langsung pengobata medis.

Treatment
Medikasi
Pengobatan untuk individu dengan gangguan kepribadian skizoid (SDP) tidak begitu diperlukan, kecuali bila dokter beranggapan perlunya obat-obatan bila pasien disertai dengan gangguan kecemasan.

Psikoterapi
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid sangat sulit untuk mendapatkan treatment, hal ini disebabkan bahwa individu dengan gangguan SPD beranggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja, bahkan individu tersebut tidak peduli sama sekali dengan terapi. Ini menjadi alasan treatment dianggap tidak diperlukan bagi individu. Dengan gangguan kepribadian skizoid, kecuali dalam beberapa kasus dimana individu sengaja datang pada terapis yang diakibatkan adanya gangguan lainnya seperti ketergantungan pada kebiasaan-kebiasaan buruk yang disadari oleh individu bersangkutan.

Test Psikologi
Beberapa tes psikologi yang dapat mendiagnosa adanya gangguan kepribadian skizoid:
•         Minnesota Multiphastic Personality Inventory (MMPI-2)
•         Millon Clinical Multiaxial Inventory (MCMI-II)
•         Rorschach Psychodiagnostic Test
•         Thematic Apperception Test (TAT)

Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kepribadian skizoid adalah cognitive-behavioral therapy (CBT), terapi keluarga dan terapi psikodinamika. Bila individu mempunyai pasangan hidup, terapi pasangan (couples therapy) dapat digunakan untuk membentuk komunikasi antar pasangan.

Terapi Individu
Berhasilnya terapi pada individu dengan gangguan SPD membutuhkan waktu yang relatif lama, dibutuhkan kesabaran untuk mengubah persepsi yang salah terhadap cara memandang persahabatan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Pada awal terapi, terapis akan menyuruh pasien/klien untuk mengungkapkan apa yang dibayangkan oleh individu menyangkut sebuah hubungan persahabatan dan ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selanjutnya terapis akan menyusun langkah-langkah kedepan secara bersama dengan klien untuk penyembuhannya.

Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan salah satu treatment yang paling cepat dan efektif, meskipun demikian terapi kelompok tetap menemui kesulitan ketika individu SPD ikut dalam partisipasi kelompok tersebut. Oleh karenanya individu diberikan kenyamanan dalam grupnya, terapis juga harus menjaga dari kritikan anggota lainnya. Terciptanya keakraban antar sesama anggota merupakan salah satu harapan dari terapi ini dengan menciptakan hubungan-hubungan sosial yang saling mendukung. Terapi kelompok akan memberi pengalaman-pengalaman sosial yang bermanfaat, saling mengerti sesama anggota, berkomunikasi sampai pada memahami orang lain.

GANGGUAN KEPRIBADIAN MANUSIA MODERN 2


No comments: