Sub

Monday, April 25, 2016

Apakah Pluralisme Agama Sebagai Fenomena Sosial Di Indonesia Bisa Terjadi?

PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Pancasila dalam Negara kita ibarat sebuah kitab yang bagi setiap warga Negaranya harus menjadi pedoman dan dilaksanakan supaya ke arah menuju keseimbangan dalam mencapai kesejahteraan. Ibarat Negara adalah rumah, Pancasila merupakan cahaya yang menerangi orang yang ada di dalamnya yang apabila ketika malam gelap tanpa cahaya, orang tersebut akan kesulitan dalam menjalani aktifitas di dalam rumah.
Di dalam Negara yang ber-bhineka ini sudah seharusnya kita saling toleransi antar sesama, berdinamika dalam pluralism mengikuti aturan yang telah disepakati bersama agar kesejahteraan yang dicita-citakan dapat terwujud. Namun, krisis jati diri bangsa yang paling
mencekam muncul dalam sikap anti pluralism dikalangan sekelompok masyarakat. Sebagian masyarakat, terutama kelompok-kelompok dominan, masih memahami prinsip-prinsip pluralism dan multikulturalisme (M Darwan Rahardjo, 2010)Mereka malah curiga dan
merasa  menghadapi ancaman. Padahal, justru kecurigaan dan kekhawatiran inilah  yang menimbulkan konflik dan aksi-aksi kekerasan yang cukup marak di Indonesia akhir-akhir ini.


TINJAUAN PUSTAKA

Secara harafiah pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham (Wikipedia.org).
Pluralisme  Agama  (Religious  Pluralism)  adalah  istilah  khusus  dalam  kajian agama­ agama. Sebagai  ‘terminologi  khusus’,  istilah  ini  tidak  dapat  dimaknai sembarangan,  misalnya  disamakan  dengan  makna  istilah  ‘toleransi’,  ‘saling menghormati’  (mutual  respect),  dan  sebagainya (Wikipedia.org).
Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksiakan oleh panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (Sumber: Kamus Standar Bahasa Indonesia,penabur ilmu,2001, hal 116). 
Sosialisasi adalah suatu proses kekal berkelanjutan. Semua masyarakat harus berhadapan dengan hal itu yang mulai dengan bayi yang baru lahir dan berlanjut hingga umur tua dan akhirnya kematian (Sumber: Socialization , Michael Hughes (http://www.higherd.mcgraw-hill.com.htm).


PEMBAHASAN

Agama telah menjadi sebuah simbol kepercayaan bagi manusia yang ada di dalamnya. Saat ini Indonesia mengakui adanya enam agama resmi sebagai anutan bagi warga Negara. Ada harapan bahwa  setiap orang beragama mampu hidup rukun satu sama lain karena dari setiap agama pasti ada sebuah ajaran dimana sesama antar umat manusia harus saling menghargai dan menghormati.
Namun kenyataan di lapangan berbeda. Ada oknum yang mengatasnamakan suatu agama tertentu terjun sebagai kelompok yang menganggap diri mereka lebih suci dan harus memusnahkan manusia lain yang berbeda pandangan kepercayaan. Hal semacam itu terjadi mungkin akibat kesalahan doktrin yang di ajarkan dengan sengaja maupun tidak sengaja karena adanya konspirasi, atau kurang mampunya nalar yang mengarah pada pandangan sempit bagi orang-orang dalam memahami ajaran hakikat kebenaran dari sebuah agama tertentu.
Psikologi sosial adalah ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus social (Muzafer Sherif, 1956). Individu yang memiliki pandangan bahwa dunia luarnya adalah sebuah ancaman akan melihat dunia dalam dua sudut pandang, yaitu realistis atau non-realistis. Dalam kasus agama tersebut individu melakukan tindakan non-realistis sehingga cenderung melakukan pertahanan ego dengan melakukan agresi terhadap stimulus yang mengancam eksistensinya.
Menurut Myers (1996) agresi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
1. Hostile Aggression atau agresi emosi
Merupakan ungkapan kemarahan yang ditandai oleh emosi yang tinggi. Perilaku agresi sebagai tujuan dari aagresi itu sendiri. Agresi jenis ini pelaku tidak memikirkan dampak dari perbuatannya akan merugikan orang lain. Agresi dapaat dipicu rasa marah, tersinggung, cemburu dsb.
2. Instrumental Aggression
Agresi sebagai sarana mencapai tujuan lain. Pada umumnya tidak disertai emosi. Misal: tentara yang membunuh musuh Negara. 
Dari pemaparan Myers, sekelompok individu yang melakukan agresi secara radikal tersebut cenderung melakukan Instrumental Aggression. Mereka bergerak atas dasar motivasi tinggi dengan tujuan yang mereka anggap benar.
Anthropology berarti “ilmu tentang manusia” (Koentjaraningrat). Manusia yang secara historis telah bersatu karena memiliki tujuan yang sama yaitu merdeka saat ini mengalami perpecahan pandangan akibat kurangnya kesadaran akan pluralitas bangsa. Latar belakang budaya mempengaruhi proses sensasi dan persepsi, dan selanjutnya hasil interpretasi tersebut akan mempengaruhi proses-proses lain dalam kognisi manusia (Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi, Psikologi Lintas Budaya,2004,hal 173).
Seiring berjalannya waktu dimana arus globalisasi semakin cepat terjadi, tidak sedikit budaya dari luar Negeri masuk ke Negara Indonesia. Sedangkan kapasitas masyarakat tentang pemahaman internal budaya daerah masing-masing dari bangsa sendiri masih belum cukup kuat. Akibatnya masyarakat dapat dipengaruhi oleh ideologi tertentu yang mengarah pada kerusakan. Apalagi dengan kondisi kesenjangan sosial yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial sebagai motivasi lain untuk menyerah dan ikut pada ideologi lain di luar Pancasila dan UUD.
Pluralitas agama menjadi sebuah fenomena sosial menarik tersendiri bagi masyarakat bangsa Indonesia. Mampu mengakui lebih dari satu agama dan menjadi masyarakat beragama terbesar menjadikan Indonesia sebagai Negara yang seharusnya memiliki kesadaran tentang belajar bagaimana semua masyarakat yang hidup di Negara ini memiliki ideologi yang pluralis.


DAFTAR PUSTAKA


Azman Nur. 2001. Kamus Standar Bahasa Indonesia. Penabur Ilmu. Bandung

Ihromi T.O.1980. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Gramedia. Jakarta

Koentjoroningrat.1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta

www.wikipedia.org/pluralisme

-------. Modul Antropologi ------

No comments: